Firqah adalah: Macam-Macam Firqah dalam Islam & Penjelasan

Kalau kamu ingin tahu lebih banyak tentang berbagai kelompok dalam Islam, artikel ini tepat untukmu.

Firqah adalah istilah yang merujuk pada berbagai kelompok dalam Islam yang memiliki pandangan dan pemahaman berbeda.

Memahami macam-macam firqah dalam Islam tidak hanya membantu memperluas wawasan keislamanmu, tetapi juga memberikan gambaran tentang keberagaman dalam sejarah umat Islam.

Melalui artikel ini, kamu akan menemukan penjelasan mengenai macam-macam firqah dalam Islam, beserta pengertian dan latar belakangnya.

Yuk, simak informasi selengkapnya di artikel berikut ini!

Baca juga : 10 Kelebihan dan Kekurangan Bani Umayyah Lengkap

Apa itu Firqah?

Firqah berasal dari kata Arab firqa yang berarti kelompok atau golongan. Dalam konteks Islam, firqah merujuk pada kelompok-kelompok umat Islam yang memiliki perbedaan pemahaman, pandangan, atau penafsiran terhadap ajaran agama. Perbedaan ini biasanya mencakup aspek teologi, hukum Islam (fiqh), atau praktik ibadah.

Firqah mulai muncul dalam sejarah Islam seiring dengan perkembangan umat Islam dan adanya perbedaan pendapat yang muncul di kalangan sahabat dan generasi setelahnya. Meski demikian, keberadaan firqah sering kali mencerminkan keragaman cara berpikir dan dinamika yang terjadi dalam perjalanan panjang Islam sebagai agama dan peradaban.

Dengan memahami konsep firqah, kita bisa lebih menghargai keberagaman yang ada di dalam Islam serta memperkuat toleransi antar sesama Muslim.

Baca juga : 10 Prestasi Khalifah Umar bin Abdul Aziz dalam Sejarah Islam

Macam-Macam Firqah dalam Islam

Sumber: Canva

Islam sebagai agama yang kaya akan sejarah dan pemikiran melahirkan berbagai kelompok atau firqah seiring dengan perbedaan pemahaman dan interpretasi ajarannya. 
Masing-masing firqah memiliki pandangan khas terhadap aspek-aspek tertentu dalam agama, seperti teologi, hukum, dan ibadah. Berikut ini adalah beberapa macam firqah dalam Islam beserta penjelasannya.

1. Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja)

Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja) adalah kelompok mayoritas umat Islam yang berpegang teguh pada ajaran Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Kelompok ini menjunjung tinggi tradisi (sunnah) Nabi serta konsensus (ijma) para ulama dalam menyelesaikan berbagai persoalan keagamaan. 

Secara fikih, mereka mengikuti empat mazhab utama: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali. Dalam teologi, Aswaja mengacu pada paham Asy’ariyah dan Maturidiyah yang mengutamakan keseimbangan antara akal dan wahyu. Firqah ini berkomitmen menjaga persatuan umat dengan menghindari perpecahan berdasarkan perbedaan kecil dalam agama.

2. Syiah

Syiah adalah firqah yang meyakini bahwa kepemimpinan umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW harus berada di tangan Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Konsep kepemimpinan mereka dikenal dengan istilah imamah, yaitu keyakinan bahwa para imam memiliki otoritas spiritual dan politik yang ditunjuk langsung oleh Allah. 

Syiah memiliki banyak cabang, seperti Imamiyah (Ja’fariyah), Ismailiyah, dan Zaidiyah, dengan Imamiyah sebagai kelompok terbesar. Mereka juga memperingati tragedi Karbala setiap tahun dalam tradisi Asyura, sebagai bentuk penghormatan terhadap Imam Husain. Firqah ini berpusat di wilayah Iran, Irak, dan negara-negara lain dengan populasi Syiah yang signifikan.

3. Khawarij

Khawarij adalah firqah yang muncul pada masa awal Islam, tepatnya setelah Perang Shiffin antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan. Mereka menolak hasil arbitrase (tahkim) yang dianggap bertentangan dengan hukum Allah, dengan semboyan “Tidak ada hukum kecuali dari Allah.” Kelompok ini dikenal ekstrem karena mengkafirkan Muslim lain yang melakukan dosa besar. 

Mereka juga menekankan kesetaraan dalam memilih pemimpin, tanpa mempertimbangkan keturunan atau status sosial. Meskipun pengaruh Khawarij telah berkurang, sebagian pandangan mereka masih dianut oleh kelompok tertentu di zaman modern.

4. Murji’ah

Murji’ah adalah firqah yang muncul dengan pandangan bahwa pelaku dosa besar tidak otomatis keluar dari Islam. Mereka berpendapat bahwa penghakiman akhir terhadap manusia sepenuhnya menjadi wewenang Allah di akhirat, sehingga tidak boleh mengkafirkan seorang Muslim hanya karena dosa besar. 

Nama Murji’ah berasal dari kata “irja,” yang berarti menunda, merujuk pada keyakinan mereka untuk menunda penilaian dosa manusia. Kelompok ini percaya bahwa iman lebih penting daripada amal, karena amal dapat berubah tetapi iman tetap ada dalam hati. Pandangan mereka dianggap moderat dalam menyikapi perbedaan di kalangan umat Islam.

5. Mu’tazilah

Mu’tazilah adalah firqah rasionalis dalam Islam yang menekankan pentingnya akal dalam memahami agama. Mereka percaya pada konsep keadilan Tuhan dan kebebasan manusia untuk memilih perbuatannya. Salah satu doktrin utama mereka adalah penolakan terhadap antropomorfisme, yaitu menggambarkan Allah dengan sifat-sifat manusia. 

Mereka juga percaya bahwa manusia bertanggung jawab penuh atas tindakannya karena Tuhan tidak campur tangan langsung dalam perbuatan manusia. Pemikiran Mu’tazilah berpengaruh dalam perkembangan teologi Islam, meskipun banyak dikritik oleh firqah lainnya.

6. Qodariyah

Qodariyah adalah firqah yang berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak bebas dalam menentukan perbuatannya. Mereka menolak gagasan bahwa Allah menentukan semua tindakan manusia, sehingga setiap individu bertanggung jawab atas amalnya sendiri. 

Pandangan ini menekankan bahwa manusia sepenuhnya otonom dalam mengambil keputusan, baik untuk berbuat baik maupun buruk. Firqah ini muncul sebagai reaksi terhadap pandangan Jabariyah yang fatalistis. Meskipun ide mereka tidak dominan, pemikiran Qodariyah memicu perdebatan penting dalam teologi Islam.

7. Jabariyah

Jabariyah adalah firqah yang meyakini bahwa manusia tidak memiliki kebebasan dan semua tindakannya telah ditentukan oleh Allah. Pandangan ini dikenal dengan istilah fatalisme, yaitu keyakinan bahwa manusia hanya bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan tanpa kemampuan memilih. 

Nama Jabariyah berasal dari kata “jabara,” yang berarti memaksa, mencerminkan keyakinan bahwa kehendak Allah memaksa manusia untuk bertindak. Firqah ini dianggap bertentangan dengan konsep tanggung jawab manusia dalam agama Islam. Meskipun tidak lagi populer, pandangan ini masih ditemukan dalam beberapa pemahaman keagamaan.

8. Najariyah

Najariyah didirikan oleh Abu Abdullah Hussein bin Muhammad an-Najar, seorang teolog Muslim. Kelompok ini berpendapat bahwa sifat-sifat Allah adalah ciptaan-Nya, bukan bagian dari esensi-Nya. 

Mereka juga memiliki pandangan unik tentang keadilan Tuhan dan peran manusia dalam menentukan nasibnya. Firqah ini termasuk dalam kelompok minoritas dalam sejarah Islam. Nama Najariyah sendiri diambil dari pendiri firqah ini.

9. Musyabbihah

Musyabbihah adalah firqah yang menyamakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk-Nya. Mereka menggambarkan Allah dengan ciri-ciri fisik manusia, seperti tangan, wajah, atau duduk di atas arsy secara harfiah. 

Pandangan ini dianggap kontroversial karena bertentangan dengan konsep keesaan Allah (tauhid) yang murni. Kelompok ini muncul sebagai salah satu ekstrem dalam memahami sifat-sifat Tuhan. Mereka sering dikritik oleh firqah lain yang menekankan pentingnya penafsiran metaforis.

10. Wahabi

Wahabi adalah gerakan reformasi Islam yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahhab pada abad ke-18. Gerakan ini bertujuan untuk memurnikan ajaran Islam dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah, serta menolak segala bentuk bid’ah (inovasi dalam agama). 

Wahabi juga menentang pemujaan terhadap makam atau orang suci yang dianggap melenceng dari tauhid. Gerakan ini memiliki pengaruh besar di Arab Saudi dan menjadi landasan ideologi negara tersebut. Wahabi sering dianggap sebagai salah satu firqah modern yang konservatif.

11. Bahaiyah

Bahaiyah didirikan oleh Mirza Ali Muhammad, seorang Syiah Imamiyah di Iran, yang mengaku sebagai Bab (pintu) penghubung dengan imam yang lenyap. Firqah ini memiliki pandangan unik tentang kepemimpinan spiritual dan eskatologi (akhir zaman). 

Bahaiyah menekankan konsep kemajuan spiritual yang terus berkembang di akhir zaman. Kelompok ini sering dianggap menyimpang oleh firqah Islam lainnya. Nama Bahaiyah berasal dari istilah yang digunakan oleh pendirinya.

12. Ahmadiyah

Ahmadiyah adalah firqah yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad pada abad ke-19 di India. Pendiri Ahmadiyah mengaku menerima wahyu dari Allah dan menyebut dirinya sebagai Nabi setelah Nabi Muhammad SAW. 

Klaim ini dianggap kontroversial karena bertentangan dengan keyakinan mayoritas Muslim bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir. Ahmadiyah memiliki pandangan unik tentang jihad, kenabian, dan misi spiritual Islam. Kelompok ini terbagi menjadi dua cabang utama: Qadiani dan Lahore.

Hikmah Adanya Firqah dalam Islam

Sumber: Canva

Firqah menunjukkan betapa dinamisnya pemikiran Islam sepanjang sejarah, sekaligus memberikan ruang untuk refleksi, toleransi, dan pengembangan wawasan. Berikut adalah beberapa hikmah adanya firqah dalam Islam:

1. Memperkaya Pemikiran dan Penafsiran Islam

Keberadaan firqah menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang memberikan ruang bagi pemikiran dan interpretasi. 

Berbagai firqah menawarkan sudut pandang yang berbeda terhadap aspek teologi, hukum, dan kehidupan sosial. Hal ini memperkaya wawasan umat Islam dan memberikan beragam opsi dalam memahami ajaran agama sesuai konteks zaman dan tempat.

2. Mendorong Dialog dan Pemahaman yang Lebih Mendalam

Dengan adanya firqah, umat Islam terdorong untuk mempelajari perbedaan pendapat secara mendalam. Hal ini melatih kemampuan berpikir kritis dan mendorong dialog antar golongan untuk saling memahami. 

Dialog yang sehat dapat mempererat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) meskipun terdapat perbedaan pandangan.

3. Menjadi Cermin Dinamika Sejarah Umat Islam

Firqah dalam Islam mencerminkan perjalanan sejarah umat Islam yang penuh dengan dinamika dan tantangan. 

Keberadaan firqah sering kali lahir sebagai respons terhadap peristiwa politik, sosial, atau intelektual tertentu. Dengan mempelajari firqah, umat Islam dapat lebih memahami sejarah mereka sendiri dan belajar dari pengalaman masa lalu untuk menghadapi tantangan di masa kini.

4. Menguji Toleransi dan Komitmen terhadap Persatuan

Adanya firqah menguji sejauh mana umat Islam mampu menjaga toleransi dan persatuan di tengah perbedaan. Meskipun terdapat berbagai pandangan yang berbeda, Islam tetap mengajarkan pentingnya ukhuwah dan menghindari perpecahan yang merugikan. 

Dengan sikap saling menghargai, umat Islam dapat menjadikan perbedaan sebagai kekuatan, bukan kelemahan.

Leave a Comment