Ketika berbicara tentang metode pembelajaran, Discovery Learning adalah salah satu pendekatan yang sering digunakan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif pada anak.
Metode ini memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri pengetahuan baru melalui eksplorasi, percobaan, dan interaksi dengan lingkungan sekitar. Proses ini tidak hanya membuat belajar menjadi lebih menyenangkan, tetapi juga membantu anak memahami konsep dengan lebih mendalam.
Namun, tahukah kamu bahwa Discovery Learning memiliki tahapan dan cara penerapan tertentu agar berjalan efektif?
Dalam artikel ini, kamu akan mempelajari berbagai metode Discovery Learning beserta contohnya, sehingga dapat diterapkan dengan mudah baik di rumah maupun di sekolah.
Discovery Learning Menurut Para Ahli
Discovery Learning adalah salah satu metode pembelajaran yang menekankan proses menemukan konsep atau pengetahuan secara mandiri.
Para ahli pendidikan telah banyak mendalami pendekatan ini, memberikan landasan teori yang memperkaya implementasinya. Berikut adalah pandangan beberapa ahli mengenai Discovery Learning:
1. Jerome Bruner (1961)
Menurut Bruner, Discovery Learning adalah proses pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui eksplorasi dan percobaan.
Ia menekankan pentingnya struktur pembelajaran yang fleksibel, di mana siswa diarahkan untuk menemukan hubungan antara konsep-konsep baru dan pengetahuan yang sudah mereka miliki. Bruner percaya bahwa proses ini membantu siswa memahami materi dengan lebih mendalam.
2. Jean Piaget (1970)
Piaget menyatakan bahwa Discovery Learning sangat relevan dengan tahapan perkembangan kognitif anak. Menurutnya, anak-anak secara alami ingin mengeksplorasi dan mencari tahu, sehingga proses belajar melalui penemuan dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis dan analitis mereka.
Metode ini membantu anak-anak menghubungkan konsep abstrak dengan pengalaman konkret yang mereka alami.
3. Robert J. Marzano (1992)
Marzano menekankan bahwa Discovery Learning bukan hanya tentang menemukan konsep, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Ia berpendapat bahwa metode ini memungkinkan siswa untuk menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi secara mandiri.
Dalam konteks pembelajaran, Discovery Learning dianggap mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Baca juga: Metode Pembelajaran adalah: Tujuan, Fungsi, dan Contohnya
Metode Pembelajaran Discovery Learning
Sumber: Canva |
Metode ini tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses berpikir yang dilalui siswa. Dengan begitu, Discovery Learning mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan analitis. Berikut adalah langkah-langkah utama dalam penerapan metode Discovery Learning:
1. Stimulation (Stimulasi)
Tahapan ini bertujuan untuk memancing rasa ingin tahu siswa terhadap topik yang akan dipelajari. Guru dapat memberikan rangsangan berupa pertanyaan, gambar, cerita, atau objek nyata yang relevan dengan materi pembelajaran.
Contoh: Guru menunjukkan gambar ulat, kepompong, dan kupu-kupu, lalu bertanya kepada siswa, “Bagaimana ulat bisa berubah menjadi kupu-kupu?”
2. Problem Statement (Identifikasi Masalah)
Setelah memberikan stimulasi, guru mengajak siswa untuk mengidentifikasi masalah atau pertanyaan yang akan dijawab. Pada tahap ini, siswa dilatih untuk menyatakan pertanyaan atau masalah yang ingin mereka selesaikan.
Contoh: Anak-anak merumuskan pertanyaan seperti, “Apa saja tahapan metamorfosis kupu-kupu?” atau “Berapa lama proses ulat menjadi kupu-kupu?”
3. Data Collection (Pengumpulan Data)
Siswa mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan. Informasi ini bisa didapatkan melalui buku, eksperimen, observasi langsung, atau diskusi kelompok.
Contoh: Anak-anak mengamati ulat yang disimpan dalam toples kaca di kelas untuk melihat perubahan fisiknya setiap hari. Selain itu, guru menyediakan buku cerita tentang metamorfosis kupu-kupu.
4. Data Processing (Pengolahan Data)
Pada tahap ini, siswa memproses informasi yang telah dikumpulkan untuk menemukan pola atau hubungan antar-konsep. Guru membimbing siswa untuk membuat analisis berdasarkan data yang ada.
Contoh: Anak-anak menyusun gambar tahapan metamorfosis dalam urutan yang benar: telur, ulat, kepompong, dan kupu-kupu.
5. Verification (Verifikasi)
Siswa memverifikasi atau memeriksa kembali hasil penemuan mereka. Guru berperan membantu siswa memastikan bahwa informasi yang mereka peroleh sudah benar dan sesuai dengan konsep yang diajarkan.
Contoh: Guru mengajak anak-anak membandingkan hasil pengamatan mereka dengan buku atau video edukasi tentang metamorfosis kupu-kupu.
6. Generalization (Generalisasi)
Tahap akhir adalah menarik kesimpulan atau generalisasi dari proses pembelajaran. Pada tahap ini, siswa menyampaikan hasil belajar mereka dalam bentuk presentasi, diskusi, atau karya sederhana.
Contoh: Anak-anak menyimpulkan bahwa metamorfosis kupu-kupu terdiri dari empat tahap utama, dan setiap tahap membutuhkan waktu tertentu untuk berkembang.
Baca juga: 10 Contoh Metode Pembelajaran Terbaik untuk Kelas
Contoh Metode Pembelajaran Discovery Learning
Sumber: Canva |
Metode Discovery Learning dapat diterapkan dalam berbagai mata pelajaran dan kegiatan pembelajaran. Berikut adalah contoh penerapan Discovery Learning dalam beberapa konteks:
1. Tema: Siklus Hidup Kupu-Kupu
Tujuan Pembelajaran: Anak memahami proses metamorfosis kupu-kupu.
Langkah-Langkah:
- Stimulasi: Guru menunjukkan gambar kupu-kupu dan ulat. Guru bertanya, “Bagaimana ulat berubah menjadi kupu-kupu?”
- Identifikasi Masalah: Anak diajak untuk merumuskan pertanyaan, seperti “Apa saja tahapan metamorfosis kupu-kupu?”
- Pengumpulan Data: Anak mengamati ulat yang diletakkan dalam wadah kaca di kelas. Mereka mencatat perubahan setiap hari, sambil membaca buku cerita atau menonton video edukasi tentang metamorfosis.
- Pengolahan Data: Anak menyusun tahapan metamorfosis dari pengamatan dan informasi yang didapat, misalnya: telur, ulat, kepompong, kupu-kupu.
- Verifikasi: Guru membandingkan hasil kerja siswa dengan sumber terpercaya, seperti buku atau gambar diagram.
- Generalisasi: Anak menyimpulkan bahwa metamorfosis terdiri dari empat tahap dan membutuhkan waktu tertentu.
2. Tema: Menemukan Sifat Benda
Tujuan Pembelajaran: Anak memahami sifat benda yang tenggelam dan mengapung.
Langkah-Langkah:
- Stimulasi: Guru menunjukkan berbagai benda, seperti batu, kayu, plastik, dan bola. Guru bertanya, “Menurut kalian, mana yang akan tenggelam atau mengapung?”
- Identifikasi Masalah: Anak membuat pertanyaan, misalnya, “Kenapa benda tertentu bisa mengapung, sedangkan yang lain tenggelam?”
- Pengumpulan Data: Anak melakukan eksperimen dengan memasukkan benda-benda tersebut ke dalam air dan mencatat hasilnya.
- Pengolahan Data: Anak menyusun tabel hasil percobaan, menunjukkan benda yang mengapung dan tenggelam.
- Verifikasi: Guru menjelaskan konsep massa jenis dan membandingkan hasil pengamatan siswa dengan teori sederhana.
- Generalisasi: Anak menyimpulkan bahwa benda yang lebih ringan dari air akan mengapung, sementara yang lebih berat akan tenggelam.
3. Tema: Mengenal Konsep Waktu
Tujuan Pembelajaran: Anak memahami perbedaan antara pagi, siang, sore, dan malam.
Langkah-Langkah:
- Stimulasi: Guru menunjukkan gambar matahari terbit, terbenam, dan langit malam. Guru bertanya, “Apa perbedaan pagi, siang, sore, dan malam?”
- Identifikasi Masalah: Anak membuat pertanyaan, seperti, “Apa yang terjadi pada matahari dan langit di setiap waktu?”
- Pengumpulan Data: Anak diajak mengamati perubahan di langit setiap hari, mencatat warna langit dan posisi matahari pada pagi, siang, sore, dan malam.
- Pengolahan Data: Anak menggambar siklus waktu dalam sehari berdasarkan hasil pengamatan.
- Verifikasi: Guru memeriksa hasil gambar dan memberikan penjelasan sederhana tentang rotasi bumi.
- Generalisasi: Anak menyimpulkan bahwa pagi, siang, sore, dan malam terjadi karena pergerakan bumi terhadap matahari.
Ciri-Ciri Discovery Learning
Ciri-Ciri Discovery Learning
Berikut adalah ciri-ciri utama dari metode pembelajaran Discovery Learning:
-
Berpusat pada Siswa
Siswa menjadi pusat pembelajaran, aktif mencari dan menemukan informasi, sementara guru berperan sebagai fasilitator. -
Berbasis Penemuan
Siswa didorong untuk menemukan konsep atau jawaban sendiri melalui eksplorasi, bukan menerima informasi secara langsung dari guru. -
Mendorong Rasa Ingin Tahu
Metode ini dirancang untuk memancing rasa ingin tahu siswa melalui pertanyaan, masalah, atau aktivitas yang menantang. -
Belajar dari Kesalahan
Siswa didorong untuk mencoba dan belajar dari kesalahan dalam proses penemuan, sehingga membangun pemahaman yang lebih mendalam. -
Menekankan Proses Belajar
Fokus utama bukan hanya pada hasil, tetapi juga pada langkah-langkah yang dilalui siswa untuk mencapai pemahaman.
Metode ini menciptakan pengalaman belajar yang aktif, kreatif, dan relevan bagi siswa, sehingga mereka lebih terlibat dalam proses pembelajaran.
- Mengenal Model Pembelajaran Discovery Learning [Buka]
SEO Content Writer dengan pengalaman 4+ tahun dan Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha. Content Writer di bidang teknologi, beasiswa, dan pendidikan. Saat ini menekuni SEO Specialist, aktif sebagai full-time blogger, dan menciptakan konten inspiratif berkualitas.